Jumat, 31 Agustus 2018

Tunjungan Plaza : Mall Terbesar Di Surabaya

  Tunjungan pada awal abad ke-20. Banyak pohon berdiri di tepi-tepi jalannya dan pejalan kaki masih bisa jalan di tengah jalan dengan aman. Banyak bangunan bangunan bersejarah di sepanjang jalan Tunjungan ini, salah satunya terdapat Hotel Orange yang sekarang berubah menjadi Hotel Majapahit, lokasinya juga berada di Jl. Tunjungan


Pada tahun 1930an toko serba ada Aurora didirikan di Jalan Tunjungan hampir di ujung utara yang berhadapan dengan Toko Siola. Aurora (bahasa latin) berarti Dinihari. Gedung ini dibangun dengan arsitektur modern yang bergaya Art Deco dipengaruhi dengan gaya Streamline Moderne dan Kubisme. Saya tidak tahu dengan pasti arsiteknya siapa. Mungkin sekali arsitek adalah Karel Bos dari Malang. Pada tahun 1960an Toko Aurora menjadi bioskop Aurora.
Di lokasi fotografer sebuah jembatan penyeberangan dibangun pada tahun 1980an yang sekarang sudah tutup. Setelah gedung Aurora terbakar tempatnya semrawut.





Pertigaan Tunjungan - Genteng Besar mengarah ke utara. Trem uap baru lewat. Di kejauhan kita melihat kepul asap. Paling kanan orang mengumpulkan kotoran kuda yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Semua bangunan di kartupos ini sudah hilang. Sekarang di pojok ini terdapat sebuah pos polisi dan toko mobil Honda. Trem uap diganti bis kota.



 Pada tahun 1935 dua gedung pertokoan simetris yang sangat indah dibangun dalam gaya arsitektur Art Deco dipengaruhi dengan gaya Streamline Moderne dan Kubisme. Arsiteknya adalah biro AIA. Toko itu disebut Toko Kembar. Di toko kembar kiri (Jl Tunjungan No. 82) terdapat sebuah toko kesenian yaitu toko Mattalitti. Toko ini menjual pelat gramofon juga. Di dinding depan ada papan iklan “His masters voice” dengan gambar seekor anjing duduk menghadap corong suara. Sekarang ditempati warung makan "Rawon Setan"

Pada tahun 1935 dua gedung pertokoan simetris yang sangat indah dibangun dalam gaya arsitektur Art Deco. Arsiteknya adalah biro AIA. Toko itu disebut Toko Kembar. Di toko kembar kanan terdapat “Java Stores”. Di toko kembar kiri terdapat sebuah toko kesenian yaitu toko Mattalitti. Toko ini menjual pelat gramofon juga. Di dinding depan ada papan iklan “His masters voice” dengan gambar seekor anjing duduk menghadap corong suara. Di seberangnya berada apotik Rathkamp & Co. Jalan tunjungan dilintasi trem listrik dan bis kota. Kita melihat beberapa sepeda juga. Foto ini dibuat pada sesuatu hari raya karena jalan sepi dan banyak bendera berkibar



Sumber : djawatempodoeloe.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kampung Lawas Plampitan

Memasuki Kampung Plampitan , serasa kita masuk dan kembali ke Era Perjuangan para pahlawan dalam memeperebutkan kota Surabaya. Disini, di te...