Tunjungan pada awal abad ke-20. Banyak pohon berdiri di tepi-tepi
jalannya dan pejalan kaki masih bisa jalan di tengah jalan dengan aman. Banyak bangunan bangunan bersejarah di sepanjang jalan Tunjungan ini, salah satunya terdapat Hotel Orange yang sekarang berubah menjadi Hotel Majapahit, lokasinya juga berada di Jl. Tunjungan
Pada tahun 1930an toko serba ada Aurora didirikan di Jalan Tunjungan
hampir di ujung utara yang berhadapan dengan Toko Siola. Aurora (bahasa
latin) berarti Dinihari. Gedung ini dibangun dengan arsitektur modern
yang bergaya Art Deco dipengaruhi dengan gaya Streamline Moderne dan
Kubisme. Saya tidak tahu dengan pasti arsiteknya siapa. Mungkin sekali
arsitek adalah Karel Bos dari Malang. Pada tahun 1960an Toko Aurora
menjadi bioskop Aurora.
Di lokasi fotografer sebuah jembatan
penyeberangan dibangun pada tahun 1980an yang sekarang sudah tutup.
Setelah gedung Aurora terbakar tempatnya semrawut.
Pertigaan Tunjungan - Genteng Besar mengarah ke utara. Trem uap baru
lewat. Di kejauhan kita melihat kepul asap. Paling kanan orang
mengumpulkan kotoran kuda yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
Semua bangunan di kartupos ini sudah hilang. Sekarang di pojok ini
terdapat sebuah pos polisi dan toko mobil Honda. Trem uap diganti bis
kota.
Pada tahun 1935 dua gedung pertokoan simetris yang sangat indah dibangun
dalam gaya arsitektur Art Deco dipengaruhi dengan gaya Streamline
Moderne dan Kubisme. Arsiteknya adalah biro AIA. Toko itu disebut Toko
Kembar. Di toko kembar kiri (Jl Tunjungan No. 82) terdapat sebuah toko
kesenian yaitu toko Mattalitti. Toko ini menjual pelat gramofon juga. Di
dinding depan ada papan iklan “His masters voice” dengan gambar seekor
anjing duduk menghadap corong suara. Sekarang ditempati warung makan
"Rawon Setan"
Pada tahun 1935 dua gedung pertokoan simetris yang sangat indah
dibangun dalam gaya arsitektur Art Deco. Arsiteknya adalah biro AIA.
Toko itu disebut Toko Kembar. Di toko kembar kanan terdapat “Java
Stores”. Di toko kembar kiri terdapat sebuah toko kesenian yaitu toko
Mattalitti. Toko ini menjual pelat gramofon juga. Di dinding depan ada
papan iklan “His masters voice” dengan gambar seekor anjing duduk
menghadap corong suara. Di seberangnya berada apotik Rathkamp & Co.
Jalan tunjungan dilintasi trem listrik dan bis kota. Kita melihat
beberapa sepeda juga. Foto ini dibuat pada sesuatu hari raya karena
jalan sepi dan banyak bendera berkibar
Sumber : djawatempodoeloe.multiply.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kampung Lawas Plampitan
Memasuki Kampung Plampitan , serasa kita masuk dan kembali ke Era Perjuangan para pahlawan dalam memeperebutkan kota Surabaya. Disini, di te...

-
Hotel Oranje (kini Hotel Majapahit) adalah “Grand Hotel” paling lama di Indonesia yang tetap buka sampai hari ini. Hotel yang beralamat ...
-
Tunjungan pada awal abad ke-20. Banyak pohon berdiri di tepi-tepi jalannya dan pejalan kaki masih bisa jalan di tengah jalan dengan am...
-
Sejarah Kota Surabaya Surabaya secara resmi berdiri pada tahun 1293. Tanggal peristiwa yang diambil adalah kemenangan Raden Wijaya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar